Memaknai kelengangan

Hanya mencoba memaknai sebuah moment ‘Lengang’

Photo : Jalan Braga Kota Bandung/Dokpri.

Ternyata kelengangan itu bisa muncul tiba-tiba. Ada yang memang menskenario untuk dijadikan latar #kehidupan , Tetapi ada juga yang ditakdirkan terdiam karena pembatas #putih #merah yang terkesan #rapuh tapi hampir semua pihak mematuhinya.

Itulah gambar dan tulisan yang diunggah di medsos pagi ini.

***

Trus?…. nah itu pertanyaan yang ditunggu.

Jadi….

…….. Sebenarnya ini adalah sebuah kejadian yang buat manusia seolah kebetulan, padahal ini adalah takdir yang sudah jelas ketentuannya.

Siapa sangka dari tadi beredar keliling bandung… eh keliling sekitaran daerah ciroyom-pasar baru-gasibu-taman lansia hingga ke balaikota. Harus berhenti tepat di jalan braga sebelum perlintasan kereta api sebidang.

Klo di sengaja belum tentu dapat, tapi itulah takdir. Tepat berhenti di lintasan terhalang oleh palang penutup yang di cat putih merah selang seling. Terlihat rapuh dan akan mudah diterjang oleh moncong mobil… tapi ternyata tidak ada yang berani menabraknya meskipun se buru-buru apapun.

Kenapa?….

Dibalik penutup lintasan itu tersimpan resiko yang sangat besar jikalau nekad dilewati…. Kecium idung lokomotif yang melaju itu… ya cilaka pokoknya mah.

***

Semua berhenti dengan tertib, menunggu sang kereta api lewat. Biasanya mudah sekali iseng tebak-tebakan, “Dari arah kiri atau kanan?” Hati-hati dengan undian, jangan sampai terjebak apalagi dengan tumpangan sejumlah uang. Klo yang kalah jitak gimana?….

Gimana ya?…. eh malah nglantur.

Diseberang lintasan otomatis jalan lengang karena jalan braga ini satu arah. Seketika ada ruang kosong dan lengang terhampar di hadapan.

Ternyata momen itu dinantikan sekelompok anak muda ya g terlihat sudah merencanakan sesuatu. Satu orang bawa kamera, satunya papan refleksion, dan satu orang pengarah gaya.. total 3 orang cowok dan satu lagi remaja putri menenteng tas bersiap berpose dengan background kereta yang akan lewat….

“Itu pasti buat iklan tas” celoteh istriku sambil terus asyik memperhatikan aktifitas mereka. Benar saja beberapa tas di pakai bergantian oleh remaja putri itu dan kameramen plus kru serta pengaeah gaya sudah sibuk dengan peran masing-masing.

Suasana hening, lengang tapi tegang.

Diawali suara dan getaran derrrrr…… tuiiiiit… deerrrr…. ttiitt tuuut tiiit tuuut, kereta api ekspres melewati kami dari arah kiri, memusnahkan lengang dan mengembalikan keadaan seperti biasa.

Kereta api lewat, 4 remaja di seberang sudah menghilang dan kendaraan berlomba merangsek maju mengisi ruang kosong di jalanan.

Terima kasih atas momentum kelengangan yang tak sampai 5 menit, tetapi memberi kesan harapan bagi beberapa orang meskipun masing-masing memiliki perspektif berbeda. Itulah hidup, yang pasti memaknai syukur setiap saat yang terkadang begitu sulit.

Yu ah… cussss… beredar keliling kota lagi. Minggu-290418 (AKW)

Buku Pamungkas

Berakhir sudah tantangan 7 dari 7 di Medsos FB, ternyata buku pamungkaslah yang sering bikin rasa ini tidak karuan, sungguh….

Setelah dimulai memposting buku favoritku di FB klik DISINI. Maka tiba saatnya memposting buku pamungkas.

Berikut dokumentasinya dalam dwibahasa…. cekidot.

Buku pamungkas tina 7 buku kaporits..

Cunduk waktu nu geus tangtu, nincak mangsa mah teu bisa kukumaha. Genep dinten dugi ogé kana pamungkasna, mosting buku nu janten kaporit éh favorit sakumaha panyuhunkeun ti Tétéhkuh Melia Handayani.

Tapi geuning mosting buku pamungkas téh pinuh kabingung sabab geuning rada beurat mutuskeun buku naon nu pang difavoritkeun.

Ari favorit téh artina éta buku ngandung peran strategis keur simuing. Mineng dibuka jeung diilo. Malah mah mineng sedih mun geus mukaan lambar kahiji nepi ka ahir.

Hampura ka sadayana, hapunten kanu sadidinten, bilih harepan mosting pamungkas buku kaporits pamungkas téh teu sami sareng ékpéktasi.

—-

Tiba saatnya memposting buku terakhir dari tantangan buku favorit selama 7 hari berturut-turut.

Sulit sekali memutuskan buku mana yang harus ditampilkan. Tetapi setelah berfikir panjang dan merenung untuk hilangkan bingung, sebuah pilihan harus diputuskan.

Maafkan jika buku favorit terakhir ini tidak sesuai harapan, tapi inilah buku yang paling sering dibaca dan sering tak kuasa menitikkan airmata.

Karena ini buku terakhir atau pamungkas maka dengan senang hati kami menantang bapak Pamungkas Hendro untuk memposting buku kaporitsnya 7 hari ke depan, 1 buku perhari.. ditunggu.

Haturaaaan…..
Nyanggakeun..

Silahkann……..

1 hari 6 moda transportasi bagian 2 (tamat)

Petualangan dalam hitungan belasan jam di ujung pulau Jawa, dari mulai Bis, motor ojeg, kereta api, becak, grab car, pesawat terbang dan grab car lagi bagian ke2, tamat dech.

Ini lanjutan cerita dari Bagian 1.

***

Photo : Petugas lagi meriksa tiket/dokpri.

Disaat keringat masih mengucur, nafas sedikit tersengal tetapi perasaan begitu tenang karena bisa duduk di kursi kereta Jagabaya yang akan mengantarkan diri ini ke titik pemberhentian berikutnya di Sidoarjo.

Kelas ekonomi yang dinaiki sesuai tiket cukup bersih dan nyaman. Kursi keretanya menyatu dan bisa digunakan berdua. Seorang bapak yang sedang bersila dengan santai, menurunkan kakinya dari kursi dan memberi ruang untuk duduk melepas ketegangan.

Posisi kursi saling berhadap-hadapan, dan sudah paten nggak bisa diputar-putar… sesaat petugas Restoran KA melewati dengan membawa beraneka makanan dan minuman yang kudu dibeli termasuk sewa selimut seharga 7 ribu saja selama perjalanan, dengan nyimpen KTP di petugas tentunya.

Petugasnya sopan dan ramah, begitupun bapak yang disampingku, kira-kira usia 55 tahunan yang ternyata sedang dalam perjalanan menuju Jakarta dengan kereta ini. “Kebayang pegelnya” celoteh dalam hati. Tapi melihat wajahnya yang sumringah, mungkin saja bapak ini naik kereta dengan bahagia karena bahagia itu tidak bisa dinilai oleh orang lain tapi hanya orang per orang saja merasakan karena bahagia itu domain Illahi robbi.

“Bapak mau pergi kemana?” Sebuah kalimat ajaib yang sukses membuka pembicaraan selanjutnya. Ternyata beliau seorang guru di salah satu Sltp di Kota Malang, sedang dalam perjalanan menuju Kota Bogor Jawa Barat bersama salah satu saudaranya yang duduk beda kursi. Beliau bercerita tentang ketiga anaknya yang sudah sukses bekerja. Dua diantaranya meneruskan profesi ayahnya menjadi guru di Malang dan di Pulau Madura serta yang satu lagi penempatan di luar jawa.

Dengan gaya yang sederhana, beliau memaknai perjalanan hidup dengan bersahaja. Bahasa yang santun dan tutur kata yang tenang serasa kembali menjadi anak smp sedang dinasehatin ama guru PMP (Pendidikan Moral Pancasila). Sementara di hadapanku, setelah berbasa-basi adalah ASN di Pemkot Malang yang sedang dalam perjalanan menuju Kota Cirebon. Diskusi kecil tentang kondisi pemerintahan di Malang pasca operasi KPK beberapa waktu lalu yang mencokok orang nomor 1 serta pimpinan dan jajaran legislatif.

Tapi diriku agak takut ngobrolin politik, untung saja bapak sepuh yang tadi menimpalinya dengan membahas keberhasilan anak-anaknya sehingga arah pembicaraan bisa lebih variatif dan mengarah kepada tema bagaimana ‘mensyukuri hidup dan menghidupi rasa syukur.’

Tak terasa perjalanan 1 jam 15 menitpun hampir berakhir, padahal pas inget tadi naik bis 4 jam karena kemacetan….. wuih memang Kereta api luarbiasa.
Kebayang klo kereta api ini bangun dan berlari…mungkin jauh lebih kencang lagi. Lha wong sekarang aja melata di rel udah cepet jalannya hehehehe.. Ngayal.com

Pas moo turun di Stasiun Sidoarjo, ada kereta api berpapasan dan namanya itu lho, ngingetin daku sama kawan dan kakak senior di Bandung sana yang berkutat di urusan peningkatan sumber daya manusia seperti Kang Budi, Bu Diah, Bu Retno, Teh Lis, Bu Tina, bu Nur, pa Firman dan banyak lagi nama-nama yang berkantor di Cipageran Cimahi. Penasaran?….. nich penampakan KA yang cocok dengan BPSDM…

Photo : KA yg cocok dengan Bandiklat/dokpri.

Bener khan?..

Berhenti di Stasiun Sidoarjo, sebuah stasiun kecil yang tertata rapih. Sejenak menvhela nafas dan menikmati toilet untuk berjumpa dengan wastafel sehingga bisa membasuh muka dan melihat raga di kaca… ternyata gagah juga. Segera keluar menuju ruang tunggu penumpang, buka smartphone dan pilih aplikasi Grab.

Photo : Nampak luar stasion Sidoarjo/dokpri

Proses order yang singkat, dan sang driver yang komunikatif. Langsung dia nelpon dan menyatakan area stasiun adalah ‘Zona merah’ alias nggak boleh masuk dan nunggu agak jauh di salah satu mini market. Ya sudah, setelah memotret bangunan stasiun, bergerak keluar gerbang dan…. melihat becak berjejer.

Mas ke depan ya, dekat minimarket xxxx” “Monggo mas, ndereng pinara” transaksi sederhana penuh tatakrama mengantarkan diri menikmati transportasi ke empat yaitu becak tanpa atap… wuiiis, angin menerpa wajah disaat becak melaju kencang.

***

Moda transportasi ke 5 adalah sebuah mobil Suzuki Ertiganya bapak Moch Cholil seorang bapak berumur yang ramah. Tak banyak bicara tapi nyaman membawa mobilnya. Ternyata dari titik ini menuju bandara Juanda memakan waktu lumayan lho, 31 menit. Untungnya waktu yang tersisa masih leluasa sehingga perasaan tetap nyaman dan gembira.

Setelah beberapa titik terdapat kepadatan lalulintas, akhirnya tiba juga di gerbang bandara juanda dan mengarah ke Terminal 2. Dari penjelasan pak driver, terminal 2 ini adalah terminal lama yang direvitalisasi dan digunakan untuk penerbangan Garuda Indonesia dan penerbangan internasional sementara terminal 1 untuk penerbangan domestik lainnya. Jaraknya memang berdekatan tetapi akses pintu masuknya beda.

Jadi bagi para pelancong, jangan malu bertanya jika sedang beredar di luar daerah atau di luar negeri. Ingat pepatah ‘Malu bertanya sesat dijalan, besar kemaluan susah berjalan’ ….. upppps maaf.

***

Proses check in yang mudah, suasana bandara yang ramah serta hati ceria meriah karena bisa melewati perjalanan yang begitu variatif dalam waktu sangat singkat. Bukan 1 hari sebenernya… tapi beberapa jam menikmati beraneka moda transportasi. Coba dirunut :
08.15 – 11.15 Bis Pariwisata
11.15 – 11.35 ojeg lokal
11.45 – 13.05 KA Jagabaya
13.10 – 13.26 Becak Sta. Sidoarjo
13.31 – 14.01 Grabcar – S.Ertiga

Wow 5 moda transportasi darat dalam 5 jam….

Satu lagi transportasi udara… nunggu panggilan.

Rehat yang panjang di terminal 2 Bandara Juanda terasa menyenangkan karena tiket sudah dipegang tinggal menunggu panggilan masuk pesawat. Sambil berkeliling menikmati suasana bandara, pikiran terus berputar dan ide menulis mulai bermunculan. Tetapi ternyata sang perut perlu diisi sebelum merana kelaparan, ya sudah cari tempat makan yang nyaman sekaligus beristirahat menunggu panggilan.

Bebek goreng setengah tanpa nasi menemani penantian ini ditemani segelas teh tawar panas… nikmaat. Pedasnya bikin otak membara dan so pasti bibir, lidah hingga lambung mendesssah…. pedeeees tapi enak dan untuk menghindari pedas berkepanjangan, maka semangkok soto ayam tersaji sebagai makanan penutup. RW06.com

***

Diawali panggilan lembut di pengeras suara bandara, masuk mengantri via garbarata akhirnya tiba di dalam pesawat Garuda. Duduk di tempat yang sesuai di tiket tertera, pasang sabuk pengaman dan segera mengutak atik fasilitas penerbangan yaitu VOD (Video on demand), pasang earphone… eh sebelumnya photo dulu citylight Kota Sidoarjo dari balik jendela. Kerlap kerlip lampu kota menyimpan kenangan serunya perjalanan soang tadi, disana.

Sebuah kotak makanan ringan menghampiri dan yang ajibb adalah segelas kopi hitam tanpa gula dengan rasa lumayan, menemani perjalanan pulang menuju Bandung kota tercinta.

Tepat pukul 19.20 sang burung besi mendarat di Bandara Husein Sastranegara. Segera menghambur dari pesawat bergerak cepat sambil nyalain smartphone dan order Takol (taksi online)…. ternyata…

Kembali istilah ‘Zona merah’ muncul dari percakapan dengan sang calon driver. Tapi karena cuman sendiri dan tak banyak bawaan, tanpa bagasi juga. Ya udah ngloyor keluar bandara dan menyusuri jalan lurus menuju jalan padjajaran sekitar 900 meteran (soalnya nggak diukur.. hanya rumus kira2)… melewati puluhan taksi yang menunggu penumpang plus para pengemudi yang memberi tawaran.

Ya klo yang bawa sepuh atau yang sakit, plus juga kondisi hujan.. ya sebaiknya pilih taksi yang ada. Tetapi syaratnya pastikan kejelasan harga dari awal ataupun kepastian menggunakan argo. Hindari transaksi setelah masuk di taksi, hindari pokokna mah.

Soalnya klo taksi online nunggunya di luar area bandara dan cukup jauh berjalannya. Kecuali sendiri atau rame-rame dan sehat semua. Juga tidak sedang hujan.

Akhirnya transportasi darat lagi, Grab car Toyota Avanza mengantarkan raga dan jiwa ke arah bandung utara, menuju tempat dinas ibu negara.

Setelah jumpa, barulah pulang ke rumah bersama istri tercinta dengan posisi sebagai pengendara.. jadi totalnya 7 moda transportasi… 6 angkutan umum dan 1 angkutan pribadi.

***

Itulah sebuah kisah perjalanan menggunakan berbagai moda transportasi dalam waktu singkat, andaikan ada juga perahu atau speedboat yang digunakan… itu lengkap sudah mameeen.. darat-laut-udara hahay.

Wassalam. (AKW)

1 hari 6 Moda Transportasi

Petualangan dalam hitungan belasan jam di ujung pulau Jawa, dari mulai Bis, motor ojeg, kereta api, becak, grab car, pesawat terbang dan grab car lagi…

Deru mesin bis pariwisata bergerak sempurna, membawa bobot besarnya yang berisi rombongan pelancong meninggalkan halaman Hotel Santika Surabaya dengan tujuan pasti ke Kota Malang. Kenapa diriku ada di bis itu?…. ceritanya panjang, tetapi yang pasti takdir itu mesti di jalani bukan diratapi.

Awalnya memang tidak akan bergabung dengan rombongan yang berencana ke kota malang karena penerbangan dari Bandara Juanda ke Bandung dijadwalkan sore ini. Jadi rencana hanya keliling kota saja trus lanjut ke bandara. Tetapi… diskusi dengan beberapa kawan dan dari biro travel yang mendampingi rombongan, kekejar kok klo ikut ke kota malang dulu… paling 3 jam. Ya udah… ikuttt dech.

Ternyata…. di sinilah petualangan dimulai.

***

Perjalanan keluar kota surabaya melalui akses tol menuju Kota Malang relatif tidak banyak hambatan, meskipun ada sedikit tersendat tetapi prinsipnya masih pas untuk hitungan waktu.

Memasuki jalan tol sengaja duduk mendampingi sopir agar memiliki ruang pandang yang jelas serta so pasti bisa ngambil photo lebih leluasa. Meskipun urusan kualitas photo…. itu mah tergantung. Selain tentunya kualitas kamera di smartphone juga yang penting adalah kemampuan untuk menggunakannya.

Terus terang meskipun daya tarik selpi itu begitu menggoda tetapi berusaha istiqomah untuk menghindari photo selpi dan di share di blog akwnulis.wordpress.com. soalnya terasa gimanaaa gitu kalau objek photonya udah oke tapi 1/3nya wajah selpi yang senyum seringai…. yang baca dan suka posting selpi di medsos atawa di status WAnya ya nggak usah sensi, klo itu nyaman dan merasa diri adalah keharusan… monggo lanjut aja. Tapi klo diriku berusaha hindari itu, titik.

Sambil menikmati perjalanan pagi, tangan tetap mantengin smartphone buka aplikasi traveloka buat liat jadwal sekaligus beli tiket kereta dari malang ke arah Bandara Juanda. Ternyata stasiun terdekat adalah di Sidoarjo… ya udah gpp. Dibeli aja via online, bayar via internet banking… tring.. tiket di tangan. Jam 11.45 KA Jagabaya rute Malang – Sidoarjo sudah ditangan… tenaang.

Keluar tol memasuki daerah pasuruan…. jalanan mengecil dan kendaraan membludak termasuk banyak kendaraan ukuran besar baik bis pariwisata juga truk-truk tronton yang bergerak perlahan menyusuri jalanan. Praktis si bis berjalan terseok-seok…. dan 3 jam perjalanan sudah di lahap.. tapi tujuan masih jauh.. peserta rombongan nggak terlalu aware dengan kondisi ini karena mereka khan pulangnya masih besok sore. Hanya sang pemandu dari travel dan om Widi yang mengkhawatirkan jikalau tertinggal jadwal kereta serta akhirnya tertinggal penerbangan sore sesuai jadwal untuk kembali ke Bandung kota tercinta.

***

Skenario awal untuk ikut wisata ke satu spot yaitu kampung warna warni di malang trus baru pulang memisahkan diri dari rombongan harus berubah karena kemacetan yang mendera. Lupakan kampung warna warni dan konsentrasi mengejar jadwal kereta Jagabaya saja.

Masuk kota malang sudah menunjukan jam 11.15… keringat mulai terasa membasahi dahi. Perhitungan via google map… pake mobil ke stasiun malang 30 menitan… pasti telat. Klo pake motor bisa 15 menit… kepikiran pake grab. Tapi jangan-jangan Lama…. putar otak.

Sambil liat kondisi jalanan yang macet parah, didepan terlihat sekumpulan ojek pangkalan sedang berkerumun…. ini dia. Tak banyak cakap terucap, segera sambar mik di bis, ucap maaf dan pamit kepada seluruh rombongan karena harus kembali lebih cepat ke Bandung.

Segera turun dari bis dan beralih menggunakan ojek pangkalan di lota malang menuju stasiun malang…..

***

Cobaan ketegangan belum berakhir.. eh dapet supir ojegnya udah sepuh dengan motor bebek jadul. Ngebonceng diriku dan tas kopetr jadi sekintal lebih terlihat agak kesulitan. Motor sedikit terseok-seok dan tak berani nyalip mobil di depan… entah belum lancar… entah grogi… entah keberatan hehehe.

Pas ditanya, “Masih jauh pa?”

“Bbbentar laggi deek” jawaban bergetar yang bikin kasian…. tapi waktu jalan teruuuuus…. disini kesabaran diuji lagi. Yo wis… tarik nafas panjang dan berdoa dalam hati, semoga Allah memberi kelancaran dan tiba di Stasiun kereta tepat pada waktunya.

Ta daaaa….. tiba di depan stasiun Malang pukul 11.40 wib. Bayar ojeg dan segera menghambur ke stasiun… untungnya jaman sudah maju tinggal cari alat print tiket… scan barcode di HP…. treeeet. Tiket muncul… alhamdulillah 3 menit sebelum KA Jagabaya bergerak, daku sudah bergabung di dalamnya…. ahhhhh tarik nafas dulu mas brow…..

***

Kereta bergerak seiring keringat memgucur deras. Tapi perasaan jadi tenang karena titik krusial terpenting bisa dipenuhi… yaitu nggak ketinggalan keretaa… alhamdulillah.

Karena jika kereta ini meninggalkan diri karena keterlambatanku maka perjuangan ke bandara juanda pasti lebih berat karena alternatif kereta selanjutnya… terlalu sore untuk tiba di bandara jam 16.00 Wib. Yang kebayang sewa ojeg dari Malang ke Sidoarjo… wah nggak kebayang dech.

(Bersambung… Bagian 2).

Kopi & Kolam Renang di Mason Pine Hotel

Kopi dan Kolam renang menjadi paduan yang menyenangkan dan so pasti…. sama-sama punya efek menyegarkan.

Photo : Segelas Espresso siap minum / dokpri.

Birunya air di kolam renang ditambah cuaca wilayah bandung barat yang sejuk betapa memanjakan rasa dan menyegarkan fikir. Mengundang raga untuk segera nyebur dan menikmati sensasi kesegaran air sekaligus menjadi sarana meditasi jiwa. Karena di dalam air hanya mata dan otak yang bisa difungsikan sempurna. Hidung dan telinga harus istirahat sejenak dan momen inilah yang menjadi momen untuk bertafakur, merasakan keterbatasan diri untuk berserah kepada ciptaan Allah yaitu air yang melingkupi.

Kesempatan sekarang mencoba mengulas fasilitas kolam renang di Hotel Mason Pine di Area Kota Baru Parahyangan Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Kolam renang ukuran olimpiade yaitu panjang 50 meter dan lebar 25 meter dengan kedalaman 1,2 meter ditambah dengan di sisi depan terdapat kolam persiapan sedalam 60cm cocok buat bersantai sebelum atau sesudah berenang.

Selain itu terdapat juga kolam permainan anak dengan berbagai fasilitasnya, di jamin anak-anak pasti menyukainya. Apalagi klo dapetnya kamar tidur yang akses langsung ke taman trus ke kolam renang… nikmat banget dech.

Untuk fasilitas kolam renang udah pasti handuk tersedia, shower outdoor ada trus moo sambil pesen makanan juga bisa. Tetapi tidak ada lifeguard, jadi musti hati-hati apalagi bersama anak. Sebagai peralatan darurat terdapat pelampung bertali yang bisa digunakan sewaktu-waktu untuk menolong.

Kolam renang ini posisinya sangat strategis, masuk lobby hotel langsung lurus menuju restoran, turun ikuti tangga ya sudah sampai di tepi kolam renang. Buat pengunjung non hotel dikenai biaya Rp 55rb senin sd kamis dan Rp 70rb di hari jumat-sabtu-minggu. Kolam udah bisa digunakan mulai jam 06.00 wib sd 18.00 wib.

Photo : Suasana dalam kamar / dokpri.

Klo buat yang nginep apalagi yang kamarnya akses langsung taman, ya tinggal bergegas menuju kolam renang. Jangan lupa berpakaian renang tentunya. Soalnya klo bugil, ntar ditangkap satpam.

Photo : Akses dari kamar menuju taman dan kolam renang/dokpri.

Buat yang nggak bisa berenang tapi pengen main air berarti pilihannya bisa gabung dengan area kolam anak atau di kolam standar olimpiade, jalan-jalan aja dalam air. Egepe klo ada yang liat, kaki kaki kita kenapa juga… klo pengen ya ikutin buka baju, nyebur dech. Susah amaat.

***

Eh satu lagi belon dibahas, nggak lupa urusan kopi nich, di Cafenya ada coffee makernya jadi yang moo cappucino, cafe latte, macchiato, americano and double espresso tinggal order aja. Mereka pake bean kopinya house blend arabica-robusta merk Piaza Doro Espresso.

Sayangnya manual brewnya blum ada, padahal suasana mendukung banget buat nikmatin manual brewnya….. tapi sedikit terobati dengan secangkir espresso dan secangkir americano. Urusan harga ya menyesuaikan dengan hotel berbintang di kisaran Rp 40rb sd 50rb per sajian.

Udah ah gitu aja dulu ulasannya. Moo balik ke kamar nich, ngantuuk. Wassalam (AKW).

Mana buku kaporit?

Ayo tampilkan buku kaporitttmu di medsos ..

Entah siapa yang mulai pren.. tapi itulah uniknya medsos. Salah satunya Facebook. Setelah bejibun kuis-kuis tentang nasib, berubah wajah jadi tua ataupun make over ala artis jadi kinclong, tapi ternyata beresiko dari sisi keamanan data karena aplikasi-aplikasi itu ternyata buatan pihak ketiga dan berpotensi meretas data sang pengguna kuis tanpa disadari.

Karena setiap mau menggunakan kuis tersebut pasti ada notifikasi untuk meminta ijin aplikasi tersebut diijinkan akses ke galery photo, daftar kontak dan kamera…. biasanya yes yang dipijit tanpa pikir panjang, padahal itulah pintu pembuka peretasan data pribadi kita.

Urusan pihak ketiga memang runyam, jangankan aplikasi di dunia nyatapun pihak ketiga bisa memporakporandakan hubungan rumah tangga hingga berakibat perceraian. Kecuali urusan pengadaan barang dan jasa, pihak ketiga sangat diperlukan.

Eh kalah ka kadinya…

Gini pren.. ternyata sekarang ada tantangan kuis di FB yang nggak pake aplikasi pihak ketiga tapi kombinasi GTM yaitu Getok tular dan mensyen, alias dari mulut ke mulut alias lapak ke lapak pribadi di FB yang nyolek eh ngemensyen temennya dimana tantangannya adalah untuk menampilkan buku favorit atau yang disenengin masing-masing pada masanya selama 7 hari berturut-turut.

Syaratnya gampang tinggal modal photoin tuh cover bukunya dan share di halaman FB, jangan lupa tantangin balad lain agar mosting juga buku kaporit eh favoritnya…. gampang khan?

Urusan buku yang ditampilin orang lain ternyata hoax dan pencitraan… biarin ajah. Itu urusan dia dengan Allah.. rebes khan. Tapi klo kita moo posting cover buku, ya musti yang bener-bener kaporit di masanya atau pokona mah legendlah untuk diri pribadi.

Urusan kaporit itu asli atau tidak, jangan dicemplungin di kolam nanti ikannya pada keracunan…. ihhh apa sih.

***

Buku kaporit perdanaku adalah buku Lupus, sang idola remaja baheula era kids jaman old 80-90an. Sebenernya ada beberapa judul tapi goréhél téh yang judulnya ‘Mahluk manis dalam bis.’

Ekpektasi setelah menikmati buku ini bisa bersua dengan mahluk manis di dalam bis tapi karena seringnya naek angkutan umum jenis elf yang isinya selalu desak-desakan, terpaksa judul bukunya diubah ‘Mahluk berkeringat selalu ingat’ xixixixi.

Buku kaporit kedua adalah serial kartun shincan, karakter bocah lucu yang kelewatan iseng serta agak nggak senonoh mangkanya di cover buku ditulis ’15 tahun keatas.’ Tapi itu diatas 15 tahun jaman baheula sangat berbeda dengan 15 tahun saat ini. Meskipun tetep, usahakan meskipun kartun, tidak dikonsumsi eh di baca anak-anak dibawah batas umur tersebut bisi terkontaminasi keusilan dan ketidaksenonohannya.

***

Masih tersisa 5 postingan buku kaporit, yang penasaran ya buka aja akun FBkuh…. intinya tantangan ini kecil kemungkinan beresiko diretas pihak ketiga tetapi tetep akan nambah jam terbang buka2 halaman android FB kamu karena penasaran dengan jempol, love, smile plus komentar yang mampirr tak disangka-sangka.

Ayo posting buku kaporit eh favoritmuuu dan tantang temanmu untuk posting buku favoritnya. Hatur nuhun (AKW).

Kembang Buruan

Binar, anaking jimat awaking.

Wanci haneut moyan
Ayshaluna ulin di buruan
Dangdak déngdék daun dititénan
Bari teu weléh imut bari nyepeng dahan

Teu aya kasieun
Bisi hileud atawa sireum
Istuning anteng bari teu tiasa balem
Norowéco pepeta jiga nuju syuting pilem

Hatur nuhun Ya Allah Maha Agung
Dititipan murangkalih nu pinuh barokah
Mugi salawasna séhat sholéhah
Nyandak bagja nu pinuh berkah. (AKW).

Diary Coffee 8

Catatan nyruput si hitam volume 8

Hari berganti hari
Tantangan dan harapan terus berbagi
Saling memuji meski tetap hati-hati
Makna hidup adalah ketenangan hakiki

Sentani Papua diseduh perlahan
V60 tetap manual brew andalan
Hendra barista tosca berkenan
Sajikan kenyamanan dalam keharuman

Terasa mantap rasa dark coklat
Ada juga kacang tanah sedikit kuat
Yang pasti body medium tetap terhormat
Acidity low tapi tetap rasanya mantap

Kopi hitam tetap tersaji
Argo parahyangan di ruang restorasi
Satu cangkir black coffee
Perjalananpun berseri-seri

Manual brew Ahertiani
Ditemani buku sejarah kopi sejati
Mengukuhkan priangan pusatnya kopi
Masa lalu dan masa kini

Rest Area 125 Cimahi
Ada tempat kopi yang menarik hati
Sajian Cemex Kalita dan V60
Sajikan manual brew kopi asli

Pilihan kopinya masih terbatas
Hanya malabar, gayo, toraja terbungkus kertas
Silahkan memilih bebas
Dahaga kopi minimal lepas

Nongkrong sambil bawa buku
Baca situasi sampai waktu berlalu
2 kali sajian kopi membantu
Jalani hidup tak selalu syahdu

Diajak Nyasar

Teriakannya bikin pede yang denger, tapi ternyata awal mula dari ketersesatan.

Alhamdulillah, tepat pukul 08.00 waktu ibukota, kami menjejakkan kaki di stasiun Gambir. Tak banyak tungak tengok karena kaki sudah otomatis menuruni tangga menuju lantai bawah bersama para penumpang kereta lainnya. Tak lupa ritual setelah tiba di lantai bawah, belok kanan menuju toilet pria dan bersaing dengan penumpang lain untuk mendapatkan urinoir yang kosong… ahay dapet. Cerrrr……

Tuntas menyimpan urin di stasiun gambir.. eh membuang ding, lanjut bergerak keluar stasiun. Biasanya sudah order takol via aplikasi tapi hari ini nyoba taksi konvensional yang nongki di Gambir, biasanya bluebird dan pusaka. Langkah kaki keluar pintu utara menuju petugas taksi. Tak hitungan menit, sedan biru muda mendekat dan kamipun numpak.. eh menaiki taksi tersebut tanpa banyak tanya.

Seorang bapak berumur menyambut kami dengan pertanyaan yang sopan, “Mau kemana pak?” “Ke hotel Grand Kemang pa” kami menjawab serempak.

Bapak sopir mengangguk lalu memijit handphone androidnya dan mendekati layar android sambil bilang, “Grand Hotel Kemang!!”… layar android berputar sesaat dan tadaaa….. tujuan sudah terpampang di aplikasi googlemap yang akan menjadi pemandu perjalanan kami pagi ini.

“Gaul juga nich si bapak, akrab dengan teknologi, mantabs!” Suara dalam hati memuji, taksipun berjalan mengikuti track yang dipandu oleh android dihadapan kami.

Tak banyak tanya dan fokus buka-buka hape di email… eh buka email di hape, urusan kerjaan yang musti segera dibaca dan diputuskan. Sehingga tak melihat taksi meluncur menyusuri jalan ibukota, tapi pasti percaya lha wong tadi udah pede banget menggunakan aplikasi googlemap.

Ternyata……. kecurigaan mulai muncul pas taksi maksa masuk komplek Blok M. Lho kok kesini?…
“Pak kok masuk kesini?” Reflek sebuah pertanyaan muncul. “Menurut petunjuk peta, ini yang lebih dekat!” Sang sopir menjawab tegas. Weitt pede banget tuh jawaban, padahal jelas di komplek blok M itu nggak ada Hotel Kemang. Tapi daripada berdebat sama orangtua, malah kualat yo wiss.. monggo ikuti petunjuk peta digital…

Akhirnya taksi mutar-muter nggak jelas hingga berakhir di parkiran motor yang sempit deket tumpukan sampah. Terlihat di spion tengah wajah sang sopir agak tegang, berkeringat dan memutih. Ditanya lagi dech, “Bapak udah lama pegang taksi di Jakarta?”
“Baru de, baru 1 bulan” Jawabnya pelan-pelan.

Aihhhh…. yakin dech bapak ini belum tau rute…

“Ya sudah pak, saya pandu aja. Sekarang kita keluar dari komplek ini!”

“Iya de..” jawab sopir tua itu tergagap. Dari tanya jawab singkat selanjutnya ternyata bapak sopir bertitel haji ini dari pulau sumatera dan baru dua bulan ini mencari rejeki menjadi sopir taksi di Ibukota.

Rasa iba muncul mengalahkan kedongkolan, meskipun jelas kami sudah terlambat 20 menit mengikuti acara juga harga ongkos taksi yang hampir 2x lipat, tapi apa mau dikata.

Taksi bergerak mengikuti arahan kami dan akhirnya tiba di lobby Hotel Grand Kemang. Masalah terakhir adalah tidak tersedia kembalian, akhirnya kami yang muda ngalah. Tips diberikan karena agak terpaksa… eh jangan gituuu… ikhlaskann.

Pelajaran berharga bagi kami disaat menaiki taksi konvensional adalah ikut mengecek tujuan yang diteriakkan ke aplikasi android googlemap. Karena bisa saja lokasi sasaran tujuan yang muncul belum tepat seperti apa yang diharapkan. Sehingga terhindar dari keterlambatan datang ke acara serta tambahan ongkos yang tak terduga.

Tiba di hotel segera menuju ruang meeting, meski terlambat tetapi tidak terlalu fatal, hanya 35 menit saja. Ya siap-siap semua mata peserta rapat akan menghunjami diri dengan sejuta tanya yang tak terucap. Sebagai basa-basi sebuah cerita tentang sopir taksi ini, menjadi pelajaran bagi diri bahwa tidak boleh percaya begitu saja dengan seseorang, termasuk kemampuannya menggunakan kemajuan teknologi terkini.

Alhamdulillah bisa meredam tanda tanya dari pimpinan rapat dan mayoritas peserta rapat. Secara kebetulan informasi yang kami sampaikan selanjutnya bisa melengkapi optimisme dari tujuan rapat tersebut…. dan akhirnya rapat berjalan dengan lancar ceria. (AKW).

RUJIT

Geuning sabar téh teu aya watesna..

Photo : Aki nuju mapatahan Néng nini / Doklang.

#FikminSunda

Sakecap natrat sakalimah ngagurat, lambey nu janten cukang lantaran dibantos ku létah nu teu weléh ngumbar amarah. Tapi ulah hilap réhna sadaya ucap tur paripolah téh diatur ku wirahma manah nu sakapeung mah pasalia sareng uteuk nu ngutamikeun asak pikir.

Kecap ‘rujit‘ tiasa janten mamala upami diréncangan ku kecap ‘aing mah’ komo bari raray ngabalieur, beuki angot ningalikeun kaceuceubna.

“Salah sawios landong pikeun ngicalkeun rujit haté nyaéta kedah seueur syukuran kana naon waé anu aya dina kahirupan urang, ulah nungtut waé hoyong sampurna sagala rupi téh, kitu néng” Soanten leuleuy Ki Sumanta mapatahan Nini Uti nu manyun bangkenu nincak poé ka duapuluh tilu.

“Rujit aingah ngadéngéna!” Nini Uti ngagorowok tuluy ngaléos.

Ki Sumanta ngaheruk, rumasa can bisa mapatahan jikan nu baheula dipikacinta. Kecap ‘rujit‘ ngorowotan duriat. (AKW).