“Tolol!!”
Satu kata yang terlontar terasa menerpa wajah dengan seribu tanya. Menyerbu kalbu tanpa ba-bi-bu, dari mulut seorang pengendara motor yang dimuntahkan dari sebelah kanan kendaraan.
Hanya saja tak bisa konfirmasi karena pelontar kata itu langsung tancap gas menembus kemacetan sore.
Mobil dengan sein kiri telah mengambil posisi diam di kiri jalan. Masih termenung dengan kejadian tadi dan teriakan ‘tolol’ menjejak di memori tak mau pergi. “Apa gerangan yang terjadi?” Sebongkah tanya menelisik jiwa.
Segera otak bergerak cepat menyiapkan acara rekonstruksi, membayangkan gerakan mengemudi tadi sehingga berbuah kekecewaan dan menyebabkan seseorang meneriakan ujaran kebencian lisan yang tak sempat direkam sebagai dasar aduan dengan dalih ‘hate speech’ yang lagi ngetren di jagad pancawarna ini.
Tapi setelah melakukan virtual rekonstruksi hingga sepuluh kali, belum ditemukan adegan mana yang mengecewakan pihak lain. Belok kanan, kondisi padat merayap, pasang lampu sein kiri karena mau berhenti dulu, karena ada keperluan, sudah… “Apa yang salah ya?”
Lalu mencoba pendekatan ‘Empatic Egoistis‘, berfikir sebagai posisi pengujar. Ternyata muncul beberapa opsi pilihan, ih opsi itu pilihan.. nggak usah ditulis double sama-sama, ah sudahlah.
Pertama, “Mobil hitam ini mengganggu manuverku yang selalu mepet di kiri klo jalanan macet, khan motor bisa nyelip sana – nyelip sini.”
Kedua, “Pokoknya aku nggak suka terhalang mobil lain, aku khan naik motor, harus lancar.”
Ketiga, “Kamu nggak tau, aku udah ‘kapacirit’ alias ‘ee dikit’ jadi harus segera nyampe kost-an sebelum terjadi bencana lebih besar.”
Keempat, “Apes banget hari ini bos marah-marah, bonus ditahan, eeh ini mobil item malah brenti ngehalangin gua yang lagi galau, Toloool!!!”
Akhirnya ada sebuah kesimpulan yang rasional bahwa sumber kata ‘tolol’ itu karena ketololan pengendara motor yang merasa kenyataan tidak adil dikerjaan plus terganggu di perjalanan dengan gerakan mobilku ke pinggir, padahal sesuai aturan berlalulintas.
Ini cerminan bahwa dalam hidup, tidak semua tindak tanduk atau kelakuan kita yang baik atau berusaha baik dengan mengikuti aturan itu langsung disukai oleh orang lain. Belum tentu.
Meskipun mayoritas manusia pasti suka dengan orang yang berbuat baik. Yang ikutin aturan dan norma kehidupan.
Sekarang jiwa ini tidak merasa penasaran lagi dengan lontaran kata ‘tolol’ tadi, tapi ikut prihatin dan berdoa semoga sang pengendara motor diberi keselamatan dan ketenangan hati. Amiiin.
Yuk tetep istiqomah dan berusaha menjadi baik… baiklah. Wassalam. (AKW).
leres pisan pa kabag…jd emut tausiah aa gym “walaupun kita sudah berusaha berbuat benar dan baik pasti msh ada org yg tdk suka, itulah ladang amal utk menguji kita agar tetap sabar dan istiqomah dlm kebaikan….”
LikeLiked by 1 person
Amiiin pa Ustad Ino. Éta leres pisan.
LikeLike
Kata “tolol” kadang2 baik bilamana dilempar ke pada ayam, sebab kata2 tersebut disatukan/disinergikan dengan kata”jagong”.
Sigana eta manusa nu naek motor teh nembe tuang jagong rebus…kang rai,oge emut kana hayamna.
Ngan ulah wae nyebat “kohkol atanapi nolol” saraieun ngupingna oge😄😃😂
LikeLiked by 1 person
Muhun… mugi2 anjeuna salamet tur sadar ya bu hj.
LikeLike
Alhamdulillah jadi ngurangin dosa.. kan sudah diambil sang pengumpat..
LikeLiked by 1 person
Amiiin… betul pisan pa.
LikeLike
Mungkin dia lelah dan tidak kontrol ucapan…
LikeLiked by 1 person
Mungkin bangett bu
LikeLike
baraya..
urang teh, upami dijalan mah…kedah sigap, konsentrasi, kdah luak lieuk😀, sabar, tartib sareng ngadoa sateuacan angkat-angkatan.
jantenkeun ieu introspeksi kapayuna, supados langkung hati-hati sareng nyungken dilancarkeun sareng disalametkeun dina perjalanan na…
selamat berkendara,,,tong “kapok” naek mobil 😀😀😀👍👍👍
LikeLiked by 1 person
Sumuhun.. leres pisan éta kamandang téh.
Insyaalloh moal kapok 😀😁
LikeLike
Setuju pak kabag 👍👍👍
Semoga pak kabag diberikan keistiqomahan dalam kebaikan.
Aamiin….
Dan tdk terpancing apa yg dikatakan pengendara motor. Kan (mhn maaf) mulut2nya dia biarkan sj…smg pengendara motor diberikan petunjuk dalam kebaikan.
Aamiin…..
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah agak terpancing bu. Tapi nggak bisa ngejar.. jadi belajar sabar we trus nulis di blog.
Makasih bu komentar penyemangatnya.
LikeLike
Bisaan Pak,, judul ny “Memancing”,, ternyata ceritanya Sederhana,, tp disajikan menarik asa baca Cerpen,, dengan penutup yang bijak.
LikeLiked by 1 person
Makasih komennya kang… saya mah nulis yang ringan-ringan aja. Biar yang berat mah orang lain. Hehehe
LikeLike
Tetap sabar dan istiqomah…..
Semoga keselamatan selalu menyertai dalam perjalanan dimanapun. Aamiin YRA….
LikeLiked by 1 person
Amiin Yaa robbal alamin….
LikeLike
Me”logis”kan ketololannya
Tuk menjaga ke”logis”an…
“KEREN”
Nuhun pembelajaranana pk
LikeLiked by 1 person
Sami2 mang..
LikeLike
Bagus begitu kang….kasihan sama orang yg tidak mampu berdamai dgn ditinya sendiri😁
LikeLiked by 1 person
Damai dg diri sendiri mah elmu tingkat tinggi…
LikeLike
Mantap pa kabag.. (y)
LikeLike
Nuhun pa Kadis.
LikeLike