Kuliner dini hari

Dinginnya pagi jangan menjadi alasan untuk berdiam diri, tapi sebuah tantangan untuk nikmati kuliner penuh arti.

Gelap masih menyelimuti hari, ditemani gigitan lembut dinginnya pagi yang mencengkeram raga dari segala sisi. Tapi itu semua tidak menyurutkan langkah untuk terus menyusuri jalan kehidupan yang terbentang di hadapan.

Bergerak menyusuri jalan perumahan yang masih sepi seolah kehidupan sedang berjeda. Tapi beberapa rumah sudah mulai terdengar gemericik air, sementara dengkuran halus masih mendominasi kenyataan. Ahh.. biarkan saja. Itu khan sesuai dengan komitmen masing-masing dengan prinsip hidupnya.

“Trus kamu ngapain jam segini sudah beredar?”, sepotong tanya lewati nalar, memberi peluang untuk tersenyum dan menjawab, “Ya pengen aja, apa pedulimu?” Agak ketus jawaban yang keluar, tapi tidak menjadi awal perseteruan karena dialognya masih berada dalam satu kepala.

Beberapa pemulung terlihat sudah berdinas, mengais kotak sampah warga untuk mengumpulkan plastik atau barang bekas yang mungkin berharga. Meskipun disaat diri ini melewati mereka, sapaan salam hanya dijawab dengan tatapan tanpa kata. Kembali permakluman menggema, mungkin memang sedang menghemat suara.

Setelah berjalan hingga 1,5 kilometer akhirnya tujuan pun sampai. Seorang ibu tua berkerudung menyambut dengan senyum ramahnya. Sementara satu tangan lagi sibuk mengatur posisi kayu bakar agar hasilkan panas yang sesuai. Harum adonan tepung beras dan oncom berpadu membuat aroma khas di pagi ceria, dingin dan lembab hilang sudah tergantikan oleh suasana penuh kehangatan.

Tak banyak cakap karena ternyata banyak juga yang datang mendekat. Transaksi singkat diperkuat oleh cahaya lampu mobil yang berkilat-kilat, menyaksikan peralihan barang dan uang di pagi buta penuh kekaguman.

Pilihan rasa terbatas tapi itulah yang menjadi makna kualitas. Menjaga rasa pantas serta kekuatan originalitas, membuatnya bertahan jalanani perubahan jaman tanpa takut turun kelas. Kuncinya adalah ikhlas dan melayani pembeli dengan prioritas.

Suguhan raja dan rakyat biasa atau disingkat SURABI, penganan sederhana yang miliki seribu makna. Meski pilihannya hanya surabi oncom dan surabi kinca, tapi disitulah sejarah kuliner lokal tetap membahana. Ibu tua ini berjualan dini hari mulai jam tiga, hingga ludes tepat jam lima. Jikalau jam enam pagi baru tiba, maka hanya rasa hampa yang akan mengemuka.

Wilujeng berburu dan menikmati surabi asli tanpa toping dan aneka varian yang warna warni.

Lokasi : di Sebrangnya Jalan Raya Kerkof No. 71 Leuwigajah Cimahi Selatan. Sebelum gapura pintu masuk Perumahan Cipta Mas Leuwigajah. Jam operasional 03.00 sd 05.00 wib… ya kadang ampe jam 06.00 Wib. Wassalam. (AKW).