Photo : Buku Bagaimana Saya menulis + kopi / dokpri.
Malam telah kembali sunyi, gelak tawa anak semata wayangpun telah tergantikan dengkuran halus sambil mulut mungilnya tak mau lepas dari nenen ibunya. Untaian doa rutin sebelum tidur mengantar mereka terlelap di malam ini. Perlahan melirik jam meja ternyata sudah pukul 23.05 Wib, persiapaaan……
Me time mulai berlaku. Berjingkat keluar kamar dengan suara minimal. Buka tutup pintu ekstra hati-hati. Bergeser ke ruang makan, menggelar koran sebagai alas di meja makan karena khawatir ada tetesan sisa minuman atau ceceran makanan yang bisa merusak mood karena harus bersih-bersih dan lap-lap dulu.
Amplop besar warna coklat yang menyambut kedatanganku tadi ba’da isya di ruang tamu begitu menggoda untuk segera dibuka dan dibaca. Meskipun raga masih terasa lelah karena sabtu tanggal merah inipun harus dinas luar ke wilayah Cirebon dan Majalengka. Tetapi klo lihat ada paket kiriman buku baru, tidak ada kata kompromi untuk segera dinikmati. Ditemani seduhan kopi Arabica Java Preanger ‘Gunung Tilu’ versi pribadi pake V60, rasa segar menyeruak dan paket buku segera dibedah.
Dua buah buku mungil bersampul semburat mentari sore yang menjadi latar alami seseorang termangu di dermaga sederhana di tepi pantai berjudul ‘Bagaimana Saya Menulis’ memberi energi baru untuk melahap 127 halaman tanpa jeda. Karena berisi pengalaman dan perjalanan penulisan para pegiat gerakan birokrat menulis.
Eh jeda kok disaat menyeruput kopi hangat seduhan sendiri, nikmat tak tergantikan.
Buku yang disusun oleh para penggiat gerakan ‘Birokrat Menulis’ ini mulai dibolak balik dan entah apa yang mendorong diri ini untuk baca dari halaman 127 dulu. Berjumpa dengan para penulis yang berkontribusi lengkap dengan photo dan CV singkatnya sebanyak 13 orang. Para birokrat yang sukses menulis dan karyanya telah bertebaran di berbagai media internal ataupun media massa. Jadi iri dech…
Mas Muji Santosa (Nyebut mas ah, soalnya moo pake pak atau bapak, kok jadinya serasa bikin nota dinas atau telaahan staf hehehe) yang sudah menginspirasi banyak orang dengan buku-buku tentang pengadaan dan kontrak. Dilanjut dengan tulisan Mas Raden Murwantara mengupas tuntas tentang penulisan Jurnal Ilmiah internasional yang begitu lengkap dari mulai persiapan hingga syarat-syarat. Menjadi tantangan pribadi untuk bisa membuat tulisan jurnal ilmiah dan berkelas internasional hungga bisa terindeks SCOPUS & SCIMAGO dengan impact factornya. Meskipun bahasa inggris pas pasan tapi yang penting khan keberanian untuk menuangkan ide dan gagasan seperti kata Bang Marudut R. Napitupulu. Jangan lupa ikutin tahapan proses mendengarkan – membaca – berbicara – dan terakhir menulis seperti yang terjadi disaat ikutan test IELTS.
Test IELTS atau International English Language Testing System, itu sodaranya TOEFL (Test of English as a Foreign Language), Sebagai syarat untuk kuliah di luarnegeri.
Photo : Peralatan nyeduh sang kopi / dokpri.
Lanjut yaa…….
Mas Ilham Nurhidayat yang aktif di majalah kantor hingga mempersiapkan pembuatan bukunya. Kegelisahan menjadi energi awal untuk menuangkan sesuatu menjadi tambang ide tulisan menurut mas Setya Nugraha, hingga filosofi jalinan kata dari Bang Mutia Rizal yang menggugah selera membaca dengan mencontohkan berbagai tokoh penulis dunia dan indonesia. Memaksa diri untuk terus setia membuka lembar berikutnya padahal jam dinding sudah melewati dini hari.
Menulis itu mengasyikan, apalagi bersua dengan seseorang dan lingkungan yang mendukung untuk terus menghasilkan karya seperti kata Mas Eko Heri Winarno juga Kakanda Andi P.Rukka yang hasil karyanya telah menghiasi perpustakaan National Library of Australia. Hingga tips keenam yaitu Write first-Edit laternya mas Ardero Kurniawan semakin membubungkan semangat untuk menggerakkan jemari ini menuangkan kata demi kata.
Mbak Nur Ana Sejati melengkapi dengan aktivitas catat mencatat itu sangat penting karena akan sangat membantu memahami apa yang sedang dipelajari. Didukung oleh Bang Adrinal Tanjung bahwa menulis itu tidak untuk menggurui orang lain tetapi menulis itu menggurui diri sendiri maka menulis itu bukan perkara sulit. Disusul oleh Mbak Pratiwi Retnaningdyah yang fokus pada konsepsi pelayanan umum dari pengalamannya di dalam dan di luar negeri, membuka pemikiran diri untuk terus menulis apapun khususnya kegiatan sehari-hari yang terkait pekerjaan atau profesi di jajaran birokrasi.
Dan…. terakhir tulisan yang tersaji adalah wejangan dari Bang Rudi M.Harahap berbagi tips agar bisa membuat tulisan berkualitas adalah peran mentor dan motivasi kita menulis sesuatu. Ide bisa muncul dimana saja maka gunakan fasilitas catatan di smartphone untuk mencatat topik yang menarik untuk ditulis. Serta segera tulis, tulis dan tulis.
Tak terasa bercengkerama dengan buku yang diterbitkan ‘Birokrat Menulis‘ telah usai. Meskipun masih ingin membolak baliknya, tetapi harus adil juga berbagi rasa dengan raga yang harus beristirahat juga untuk menyongsong hari esok yang senantiasa bahagia serta ceria.
Terima kasih mas Ardero Kurniawan atas paket bukunya. Semoga menjadi jalan kebaikan bagi kita semua dan tentu semakin suksesnya para punggawa serta anggota ‘BM’ dimanapun berada. Wabilkhusus BM semakin berkibar dan menjadi wahana berlatih dan menghasilkan tulisan bernas serta ilmiah untuk kemajuan bangsa.
Tak lupa gelas kedua seduhan kopi Arabica JP Gunung Tilu menutup sesi dini hari ini. Dentang jam dinding pukul 01.30 wib di hari terakhir tahun 2017 ini mengingatkan kembali untuk menutup percengkramaan dini hari ini. Wassalam. (Akw).