Kenangan pertama mengenalmu..*)

Jumpa pertama memberi kesan mendalam, apalagi dilengkapi peristiwa yang tak terlupakan. lengkap sudah sebuah memori terpatri di hati dan terekam jelas di ingatan.

Photo : Mamang bandros sedang standbye / dokpri.

Segarnya udara pagi menambah energi untuk mengarungi hari yang selalu mudah untuk dijalani. Setelah masuk kelas diawali doa pagi serta menyanyi, tersaji bubur kacang hijau hangat yang diletakkan pada mangkuk warna warni.

Semua berdoa dengan seksama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya supaya si kacang hijau cepat berpindah ke dalam perut mungil kami. Kenapa kacang hijau?.. karena ini hari senin, klo selasa-rabu biasanya susu murni ditambah kue mari.

Nyam… nyam… nyam. Perut kenyang hati senang dan bu guru cantik kembali mengajak berdendang sesaat sebelum istirahat pagipun datang. Senda gurau bersama kawan disaat istirahat adalah momen yang begitu indah untuk dikenang. Tak banyak yang perlu dipikirkan. Cukup datang tepat waktu, berbaris berdoa dan bernyanyi, makan dan bernyanyi lagi sebelum akhurnya tiba waktu pulang.

Disinilah aku tumbuh bersama kawan lainnya, disebuah daerah pegunungan di perkebunan teh Bandung Selatan. Disini kami belajar mengenal teman dan bisa bermain sepuasnya meski dikungkung oleh bangunan dan taman menghijau yang cukup luas bagi kami untuk bersilaturahmi dengan alam dan menikmati aneka permainan. Dari mulai cungkelik cungkedang, panjat tali, komidi putar, rumah-rumahan, ucing sumput, rerebonan, balap karung serta yang paling trending adalah ayun-ayunan atau gugulayunan.

Photo : Seloyang Bandros / dokpri.

Ditempat ini pula mulai mengenal aneka makanan dan beberapa jajanan meskipun terbatas. Karena untuk jajanan, ibu kepala sekolah pasti pasang muka galak dan suara menggelegar sehingga hanya sedikit pedagang yang berani berjualan jajanan atau mainan. Satu jajanan yang jadi favorit adalah ‘bandros’, jajanan khas jawa barat yang bahannya adalah terigu, kelapa dan garam. Dibuat dengan menggunakan loyang cetakan, dimasak mendadak dengan memasukan adonan putih agak encer tersebut ke loyang dan dibawahnya dipanaskan oleh bara api yang menggunakan bahan bakar potongan kecil kayu bakar.

Bentuknya atau sebutan lainnya yaitu ‘kue pancong’ dan tersaji hanya dua rasa yakni original berarti agak asin dan manis, jika ditabur gula putih diatasnya. Belum berfikir rasa-rasa variasi lha wong gitu aja selalu ludes diserbu oleh kami, anak kecil haus jajan.

Aku punya selera setengah mateng sehingga hasilnys masih lembek dan lembut atau sekali-kali cukup kering sehingga ada kriuk dikit pas dikunyah di mulut kami. Itulah sensasi yang terejam di memori ini.

Yang lebih bikin nggak terlupakan tentang bandros ini adalah sensasi tenggelam akibat rebutan bandros. Dibilang tenggelam mungkin agak lebay, tapi itulah kenyataan.

Sekolah kami TK Melati milik PT Perkebunan Nusantara VIII di Bandung Selatan memang dikelilingi taman serta selokan kecil dan di depan sekolah kami ada selokan yang cukup besar buat kami anak TK.

Siang itu kami berkumpul mengelingi mamang bandros yang lagi hits saat itu. Pas satu baris bandros tuntas dimasak, kami bersiap menerima dengan sigap. Hanya saja karena ingin duluan jadi berebut dan saling dorong. Akibatnya aku dan Dade temanku terdorong ke belakang serta kecebur ke selokan.

Gujubar…….. semua terkesiap dan siap membantu. Tapi kami berdua yang tenggelam sudah bisa berdiri lagi di selokan yang cuma berkedalaman 40cm. Yang jadi judul tenggelam karena wajah kami.. eh kepala kami yang meluncur duluan menyentuh permukaan air selokan sehingga tenggelam ‘sesaat’ :).

Bu guru TK yang cantik terlihat datang tergopoh dengan wajah pucat pasi khawatir anak didiknya menderita luka. Tetapi sesaat tersenyum lebar melihat kami yang tertawa-tawa sambil menyantap banderos setengah mateng yang udah campur sama air selokan. Meskipun sudah pasti basah kuyup dan kedinginan. Tukang banderos hanya bisa terdiam dan serba salah. Tapi menjaga pikulan peralatan dagang lebih utama dibanding membantu kami, karena itu menyangkut hajat hidupnya.

Sejak itu keakraban kami dengan banderos semakin erat, tiada hari tanpa jajan sang bandros dengan menu tetap, setengah mateng. Termasuk disaat kami mulai menginjak sekolah dasar, banderos panas tetap setia menanti di halaman depan sekolah untuk ditukar dengan uang receh yang kami pegang. Meski tentu mamangnya berganti-ganti orang.

Photo : Bandros siap tersaji dokpri.

Udah mateng pak, ini bandrosnya!!”, suara mamang bandros membuyarkan kenangan, terlihat sajian hangat satu loyang bandros yang membangkitkan kenangan. “Makasih mang” selembar uang berpindah tangan, selarik kenangan memperkaya ruang. Hatur nuhun mang. (Akw).

*) Maksudnya kenangan pertama mengenal bandros.

Author: andriekw

Write a simple story with simple language, mix between Indonesian and Sundanese language.

12 thoughts on “Kenangan pertama mengenalmu..*)”

  1. Janten nuju ngalamun akang teh… Nyoreang alam katukang … Tigujubar kana solokan bari nuang bandros kacaian hehehe…

    Like

  2. suka banget sama guru TK nya…rasa peduli dan perhatiannya…luar biasa..πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘..ha..ha..ha…bandoeng tempo doeloe…ich liebe dich…!!!

    Like

Leave a reply to palingtrending Cancel reply