
Akhirnya sebuah buku bercover sunset mendarat di tangan ini. Ingin segera membuka, membaca lembar demi lembar serta mereguk rasa yang dijanjikan penuh makna. Tetapi harapan untuk segera bercengkerama harus tertunda karena tugas negara terus mendera.
Sang buku bercover sunset ikut ke rumah, dibawa lagi ke kantor termasuk jadi saksi bisu disaat meeting senin pagi, tapi hanya bisa menyentuh tanpa kuasa membuka.
Hari ketiga setelah buku bercover sunset ini menjadi teman setia, nggak sengaja takdir mempertemukan dengan sang penulis yang tanpa basa-basi ditodong tanda tangannya di halaman pertama. Horeee…. dan berjumpa di bandara Husein sastranegara untuk terbang menuju Kota Makasar bersama-sama.

Setelah duduk manis bersabuk pengaman, Boeing 737-800 bergegas lari di landasan dan hitungan menit sudah goodbye dengan runway menuju langit pagi yang cerah meriah. Diatas awanlah sang buku bercover sunset mulai dibaca, dinikmati dan diresapi. Tulisan-tulisan sederhana sarat makna yang tercipta dari tangan dingin insinyur ‘murtad‘ yang bernama Kang Lucky R Sumanang dengan judul buku ‘Membaca Makna Menuai Rasa (M3R).

Saya tidak bermaksud membedah buku ini karena bukan ahli bedah, hanya penikmat makna yang bakalan dapet rasa. Aliran cerita pengalaman pribadi kang Lucky yang berbackground sekolah insinyur tentu sarat dengan angka plus hitungan, bergelimang rumus serta perhitungan. Tetapi dalam buku M3R ini hitungan rumus berkelindan indah dengan philisophi kehidupan. Berpadu padan membentuk kesatuan cerita yang tidak membosankan.
Kereen pisan pokona mah…

Kang Lucky menyusun buku ringan bacanya tapi miliki makna mendalam, berpadu dengan quote dan gambar yang saling melengkapi. Sehingga terciptalah buku ini, buku M3R klo boleh saya sebut.
Buku M3R bercover sunset ini terbagi menjadi 2 bab dan 30 subjudul total 190 halaman menyajikan refleksi keseharian kita yang dikemas simple dan cocok buat temen perjalanan, wabilkhusus pas naik pesawat. Karena smartphone musti offline otomatis medsos terdiam sebentar dan kita diberi kesempatan lakukan aktifitas lain. Biasanya tidur atau klo nggak bisa… ya moto yang tidur hehehe.
Tapi sekarang bisa segar dan cenghar karena bisa menikmati membaca buku Kang Luki hingga tuntas tas tas tasss…
Kang Luki, tulisannya Lucky tapi dibaca Luki yang artinya ‘keberuntungan‘… eh pas ditanya ternyata Lucky itu singkatan. Yaitu singkatan bahasa sunda, “luncatna beuki” (senang meloncat).
Jadi pas dilahirkan diberi nama ‘asep‘ ternyata senang sekali loncat-loncat kesana kemari hingga suatu ketika loncat dari meja dan keseleo, diobati ke tukang patah tulang. Belum sembuh udah loncat lagi dan keseleo lagi. Berulang hungga 7 kali. Hingga akhirnya ayah ibunya mencoba mengganti nama sesuai hobinya itu yaitu senang loncat alias Luncat beuki.. disingkat lucki.. supaya keren ganti i oleh y jadilah lucky. Itulah sekelumit karangan singkat nama kang Lucky eh Luki dengan bermazhab cocokologi :).

Yang pasti mah ‘Kang Luki’.... itu panggilan saya diluar dinas. Klo lagi meeting wajib nyebut ‘bapak’ soalnya klo nggak disebut suka cemberut dan molototan, trus khawatir nggak dapet buku gretongan lagi… hatur nuhun buku M3Rnya bos.
Udah ah. Alhamdulillahirobbil alamin. Wilujeng sumping di Makasar lur. (22/08).
Ditunggu buku keren selanjutnya kang. Ciaoo. (Akw)
bisaan, sy kalakah molor sepanjang fligth….efek bnagun jam 3…😁
LikeLike
Molor mah di bumiiii…… 🙂
LikeLike
Ditunggu duet loncatannya di Makasar pak Andre dan kang Lucky….
Pasti kereeen banget…
LikeLike
Alhamdulillah… takdir yg memisahkan kita. Jd DL (Dines Levitasinya) off dulu
LikeLike